Memprihatinkan! Merosotnya Indeks Pembangunan Manusia Indonesia menjadi
ke-111 dari 182 negara tahun ini selayaknya membuat kita introspeksi.
Peringkat itu, sebelumnya posisi ke-108 (dari 177 negara), menempatkan
Indonesia jauh di bawah negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan
Filipina. Apa yang salah dengan Indonesia? Mengapa dari tahun ke tahun
peringkat kita bergeming, kalau tidak memburuk, selalu tertinggal dari
negara-negara tetangga? Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 0,734 juga salah
satu terendah di Asia.
IPM adalah cermin kualitas pembangunan dan ketertinggalan kita dalam
membangun sumber daya manusia dan peningkatkan kesejahteraan, yang menjadi
tanggung jawab negara. Karena itu, IPM sekaligus juga salah satu indikator
terpenting baik buruknya kinerja suatu pemerintahan atau bangsa ini dalam
memperbaiki kesejahteraan warganya, khususnya yang terkait dengan tingkat
ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Memprihatinkannya kualitas pembangunan manusia kita antara lain tecermin
dari tenaga kerja yang tak siap pakai serta masih tingginya tingkat kemiskinan
absolut dan pengangguran terdidik. Sekitar 60 persen angkatan kerja hanya
lulusan sekolah dasar ke bawah. Pelayanan kesehatan sama saja. Tingginya angka gizi buruk dan meningkatnya angka kematian ibu hanya salah satu contoh.
lulusan sekolah dasar ke bawah. Pelayanan kesehatan sama saja. Tingginya angka gizi buruk dan meningkatnya angka kematian ibu hanya salah satu contoh.
Masih terpuruknya kualitas manusia setelah 64 tahun merdeka menunjukkan
belum adanya perhatian dan komitmen serius untuk menempatkan manusia Indonesia
sebagai sentral dan tujuan dari pembangunan ekonomi itu sendiri, dan bukan
semata sebagai obyek.
Kebijakan pada masa lalu yang lebih mengedepankan tingkat pertumbuhan
ekonomi ketimbang kualitas pembangunan itu sendiri rasanya sudah menjadi resep
usang, karena terbukti membuat kita tertinggal dalam segala bidang dari
negara-negara lain.
Karena itu, langkah pemerintah sekarang ini untuk mengoreksi melalui
kebijakan berorientasi pro-growth, pro-job, dan pro-poor menjadi satu langkah
maju dalam orientasi pembangunan yang harus didukung semua pihak. Sayangnya, implementasinya masih jauh dari harapan.
Jika pada masa lalu anggaran menjadi kendala, kini menjadi pertanyaan,
mengapa dengan semakin besarnya anggaran, IPM kita masih juga terpuruk.
Peringkat IPM ini menunjukkan apa yang sudah ditempuh di bidang pembangunan
manusia selama ini masih jauh dari memadai. Jangankan untuk mengatasi
ketertinggalan, memenuhi kebutuhan dasar pun kita masih tertatih-tatih.
Kita mengingatkan kembali, karena ke depan tuntutan kualitas sumber daya
manusia akan semakin tinggi dengan kian ketatnya persaingan dan kian pentingnya
peran Indonesia dalam percaturan global. Belum terlambat untuk mengatasi ketertinggalan ini jika kita mau serius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar